Jogja! Here We Come! (Foto : Feybert) |
Berawal dari 5 orang yang ikut, lalu bertambah beberapa orang lagi sampai total 12 orang. Wah, ini sih sudah over quota namanya. Akhirnya setelah pas 12 orang saya langsung menutup tambahan orang lagi. Tiket kereta sudah dapat, masih harus booking penginapan. Untunglah saya menemukan hotel murah (tapi bukan murahan) di jalan Prawirotaman. Hotel itu bernama Blangkon Hotel. Harga perkamarnya kami dapat Rp.70.000 permalam dengan fasilitas TV, AC dan kamar mandi dalam. Memang murah, tapi kami harus berbagi 1 kamar 4 orang. Saya sih ngga masalah, toh bulan lalu saja saya tidur ber4 bersama orang lain yang ngga dikenal, apalagi cuma ini?
Menuju Jogja
Stasiun Kereta Senen |
Berangkat! (Foto : Nia) |
Foto : Nia |
Tiba-tiba sekitar pukul 8 datang sebuah pesan dari ke2 teman kami. Ternyata mereka datang tapi sudah terlambat. Saya menyarankan untuk membeli tiket kereta malam (21:00) untuk mengejar kami. Tapi memang sedang sial, hari itu memang sedang peak dan tiket sudah ludes terjual. Tanpa hilang akal akhirnya mereka mengejar kami dengan kereta lain jurusan Semarang Poncol dan meneruskan lagi dengan Bus menuju Yogya. Sungguh perjuangan yang berat, tapi kami salut dengan mereka.
Nasi kecap seharga Rp.20.000 |
Foto : Wahyu |
Setelah sarapan kami lanjutkan berjalan-jalan pagi ke sekitaran jalan Malioboro. Memang dasar grup narsis, tiap beberapa langkah foto-foto, lewat toko tawar-tawar, semangat liburannya tinggi sekali. Dan ngga terasa sudah jam 10, kami langsung menuju jalan Prawirotaman untuk check in hotel kami. Sesampainya di hotel banyak jadwal yang sudah menanti diantaranya solat Jumat, makan siang dan pastinya jalan-jalan lagi.
Ke Prambanan
Selesai solat Jumat dan makan siang, kami lanjutkan ke Prambanan. Karena ngga ada satupun dari kami yang tahu jalan menuju Prambanan, akhirnya HP jadul saya berjasa juga. Kami bergantung dari GPS yang ada di HP saya. Sambil berharap jalurnya benar dan batere nya kuat sampai nanti malam. Kami konvoi dengan menggunakan motor yang kami sewa dari hotel seharga Rp.50.000 per hari. Karena takut nyasar dan kurang terbiasa naik motor matic, kami berjalan agak pelan. Yang seharusnya bisa ditempuh 30 menitan, kami sampai sana sekitar 50 menit. Tapi sudahlah, toh kita akhirnya sampai juga kan?
Tiket Rp.30.000 |
Mencoba Permainan "Masangin" di Alun-alun Selatan
Jam 18.30 kami lanjutkan perjalanan kami. Kali ini kami lanjutkan ke alun-alun selatan di tengah kota Jogja. Untunglah kali ini kami bertemu teman baru bernama Miko (teman Nia) yang bersedia menemani kami selama di Jogja. Dengan arahan darinya kami bisa langsung menuju alun-alun selatan tanpa berlama-lama. Hanya 40 menit kami sudah sampai di alun-alun selatan. Dari kejauhan saja sudah terlihat meriha karena terlihat puluhan sepeda yang di hiasi lampu-lampu unik di sekitar alun-alun. Seperti parade sepeda, banyak sepeda "menyala" berputar mengelilingi lapangan alun-alun yang di pasangi TV dan sound system yang menggelegar. Wow! rame banget! Kami langsung bergabung di dalam kemeriahan alun-alun. Tanpa basa-basi kami langsung mencoba permainan "Masangin", yaitu berjalan dengan mata tertutup menuju kedua pohon beringin besar di tengah lapangan. Katanya sih, siapa saja yang berhasil melewati diantara kedua pohon beringin itu akan mendapatkan apa yang selama ini diinginkannya, dan ada juga yang bilang hati yang bersih bisa membawa seseorang menuju kebaikan, makanya bisa jalan lurus. Kalo kami sih dibuat have fun aja. Jangan dikira berjalan lurus dengan mata tertutup itu gampang, buktinya 4 orang diantara kami (termasuk saya) yang mencoba selalu melenceng ke kanan atau kekiri waktu di tengah jalan. Aneh memang, karena rasanya sudah yakin berjalan lurus. Malah ada yang lebih parah berputar-putar ngga karuan yang akhirnya berhenti di tempat semula sampai kami menghentikannya karena ngga kunjung sampai haha. Dan dari 6 orang dari kami yang mencoba, ternyata ada 2 orang (Haya dan Feybert) berhasil berjalan melewatinya. Good job!
Setelah seru-seruan bermain Masangin, kami lanjutkan makan malam bersama di pinggir lapangan alun-alun selatan yang kenyataan nya tidak terlalu menyenangkan. Selain makanannya (maaf) ngga enak, ada juga pengamen yang membuat risih. Kenapa risih? Ya, coba aja rasain bagaimana enaknya lagi makan (yang ngga seberapa enak itu) lalu diganggu waria pengamen yang ngga segan-segan memegang teman-teman cowok yang ngga mau bayar. Tapi kami buat seru-seruan aja, anggap aja kita sedang di Bangkok haha.
Makan Tengah Malam
Ternyata energi beberapa teman yang lain masih tersisa banyak. Buktinya sudah diatas jam 10 masih saja mencari tempat makan atau sekedar nongkrong. Mulai dari mencoba kopi joss di angkringan sekitar stasiun Tugu, sampai mencoba makan gudeg di suatu tempat yang saya pun lupa untuk melihat nama jalannya karena saya sudah lelah sekali tapi masih mencoba excited. Saya dan beberapa teman yang lain ngga ikut makan gudeg nya, kami cuma mengantar teman-teman kami yang penasaran itu. Baru saja kami sampai (23.00) gudegnya sudah diambang kehabisan. Untunglah mereka masih dapat mencobanya (sisa 4 porsi). Setelah keinginan mereka terkabul, saatnya kami kembali ke hotel untuk beristirahat.
Badan lelah, mata ngantuk, batere tiris. Akhirnya semua bisa di refill lagi setelah ketemu kasur dan colokan. Ah... lelah dan serunya hari ini. Keseruan masih berlanjut besok.
Jam 18.30 kami lanjutkan perjalanan kami. Kali ini kami lanjutkan ke alun-alun selatan di tengah kota Jogja. Untunglah kali ini kami bertemu teman baru bernama Miko (teman Nia) yang bersedia menemani kami selama di Jogja. Dengan arahan darinya kami bisa langsung menuju alun-alun selatan tanpa berlama-lama. Hanya 40 menit kami sudah sampai di alun-alun selatan. Dari kejauhan saja sudah terlihat meriha karena terlihat puluhan sepeda yang di hiasi lampu-lampu unik di sekitar alun-alun. Seperti parade sepeda, banyak sepeda "menyala" berputar mengelilingi lapangan alun-alun yang di pasangi TV dan sound system yang menggelegar. Wow! rame banget! Kami langsung bergabung di dalam kemeriahan alun-alun. Tanpa basa-basi kami langsung mencoba permainan "Masangin", yaitu berjalan dengan mata tertutup menuju kedua pohon beringin besar di tengah lapangan. Katanya sih, siapa saja yang berhasil melewati diantara kedua pohon beringin itu akan mendapatkan apa yang selama ini diinginkannya, dan ada juga yang bilang hati yang bersih bisa membawa seseorang menuju kebaikan, makanya bisa jalan lurus. Kalo kami sih dibuat have fun aja. Jangan dikira berjalan lurus dengan mata tertutup itu gampang, buktinya 4 orang diantara kami (termasuk saya) yang mencoba selalu melenceng ke kanan atau kekiri waktu di tengah jalan. Aneh memang, karena rasanya sudah yakin berjalan lurus. Malah ada yang lebih parah berputar-putar ngga karuan yang akhirnya berhenti di tempat semula sampai kami menghentikannya karena ngga kunjung sampai haha. Dan dari 6 orang dari kami yang mencoba, ternyata ada 2 orang (Haya dan Feybert) berhasil berjalan melewatinya. Good job!
Setelah seru-seruan bermain Masangin, kami lanjutkan makan malam bersama di pinggir lapangan alun-alun selatan yang kenyataan nya tidak terlalu menyenangkan. Selain makanannya (maaf) ngga enak, ada juga pengamen yang membuat risih. Kenapa risih? Ya, coba aja rasain bagaimana enaknya lagi makan (yang ngga seberapa enak itu) lalu diganggu waria pengamen yang ngga segan-segan memegang teman-teman cowok yang ngga mau bayar. Tapi kami buat seru-seruan aja, anggap aja kita sedang di Bangkok haha.
Makan Tengah Malam
Kopi Joss (Foto : Nia) |
Angkringan (Foto : Nia) |
Badan lelah, mata ngantuk, batere tiris. Akhirnya semua bisa di refill lagi setelah ketemu kasur dan colokan. Ah... lelah dan serunya hari ini. Keseruan masih berlanjut besok.
Mau lihat serunya? Nonton ini dulu ya :
Keseruan di hari ke-2 masih berlanjut. Baca terus yuk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar