Ada yang beda di episode ini dibanding episode-episode sebelumnya. Dari foto di sebelah ini terlihat jelas tidak ada lagi Wungkul sebagai presenter di acara ini. Ya, suka tidak suka saya mendelegasikan tugas berat ini ke Lulu yang di episode sebelumnya menjadi asisten saya dalam pembuatan acara sederhana ini. Dikarenakan satu dan lain hal akhirnya saya harus merelakan Wungkul untuk tidak mengambil posisi ini lagi. Tapi show must go on, saya ngga mau acara ini terhenti karena hal yang ngga terlalu urgent, makanya saya harus merayu Lulu untuk menggantikan posisi Wungkul. Dan inilah debut Lulu sebagai presenter acara ini.
Debut Menjadi Presenter
Dikarenakan Lulu yang sekarang menjadi presenter, itu artinya saya harus bekerja tanpa asisten, lagi. Walaupun ada Danekos yang bersedia menbantu saya, tapi... dia bilang akan membantu "kalau" dia ada waktu. Ya, maklum Danekos seorang wartawan yang waktu liburnya ngga jelas, jadi saya ngga bisa berharap banyak. Tapi untunglah dia bersedia menyisihkan waktunya walaupun cuma sampai jam 3 siang hari itu.
Sepertinya saya agak ambisius kali ini dalam membuat schedule dan script, karena saya menargetkan 3 lokasi sekaligus (bahkan 4) yang akan di liput untuk episode ini. Apalagi lokasi nya cukup jauh kalau berjalan kaki. Dimulai dari Istiqlal, kami disuguhkan pengalaman yang berharga karena bisa mengambil gambar didalamnya yang luar biasa megah. Tapi sayangnya pada pukul 11 hingga 1 siang hujan membuat jadwal kami agak molor. Rencana yang perkiraan pukul 3 sore sudah rampung tapi harus mundur beberapa jam.
Gereja Immanuel dan Izin Yang Berbelit-belit
Jarak dari Katedral menuju Immanuel bisa dibilang cukup jauh, perkiraan 1km lebih. Mungkin kalau kami pakai kendaraan ngga akan terasa berat, tapi nyatanya kami harus berjalan karena kami memarkirkan motor di Senayan lalu melanjutkan naik Busway sampai depan Istiqlal. Setelah sampainya di Immanuel pun masih harus melewati secutiry yang "curigaan" melihat bawaan saya yang agak banyak. Mulai dari kamera, tripod, sampai lampu saya dipertanyakan. Belum sampai situ, untuk mendapat akses masuk kedalam gereja pun ngga semudah kedua bangunan sebelumya karena harus meminta izin terlebih dahulu ke panitia pengurus jauh hari sebelum kedatangan. Damn! Untuk kali ini kami kurang beruntung. Dan hasilnya kami cuma bisa menikmati dari depannya saja.
Panas-panasan Ke Pasar Baru
Mungkin kalo kita melihat di videonya, banyak yang berpikir ngga ada kesulitan di video ini. Nyatanya harus kembali berjalan ke Pasar Baru (yang jaraknya 2 kali jarak ke Immanuel tadi) karena ngga ada angkutan umum yang bisa langsung ke sana. Sempat berpikir mau naik Gojek aja, tapi kami lebih memutuskan jalan kaki supaya lebih berasa poll tantangannya. Sampai di Pasar Baru pun ngga semulus yang diperkirakan. Ada aja satpam iseng yang melarang kami syuting di tengah lorong pertokoan (yang menurut saya itu jalan umum dan ngga mengganggu pengunjung). Karena kami ngga mau berdebat panjang akhirnya kami mengalah dan mengambil dari depannya aja. Kesulitan didapat lagi saat mencari penjual makanan yang mau di wawancarai. Selain ngga ada makanan yang unik, beberapa juga sudah selesai berjualan dan bersiap pulang karena ngga terasa sudah pukul 5 sore kami disana.
Ngga menyerah kami menemukan penjual baik hati walaupun kurang sreg untuk liputan, tapi setidaknya sesuai dengan konsep. Maafkan kami soal ini ya haha... Selesai pukul 5.30 sore rasanya merdeka sekali. Kaki sudah terasa pegal dan badan sudah lengket semua karena keringat dari tadi siang. Dengan terhuyung kami menuju stasiun Busway dan pulang dengan senyuman (halah)..
Untuk lebih lengkapnya kamu bisa nonton keseruan kami di video berikut :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar