Semua saldo di rekening sebelumnya kupindah ke rekening yang baru. Rencananya rekening lama itu tidak akan kugunakan lagi buat bertransaksi, hanya untuk menabung. Kupikir, dengan tidak adanya kartu ATM 'iman'-ku untuk menabung akan lebih kokoh. Jadi ketika sekitar satu minggu kemudian pihak bank meneleponku, memberitahukan bahwa kartu ATM yang ketelan itu sudah bisa diambil, aku tak terlalu peduli. Lagipula mengambilnya harus di Kota Banjarbaru, karena waktu itu bikinnya memang di sana. Memang, aku sering ke Banjarbaru, tiap pekan pasti ke sana, namun biasanya saat weekend atau pas malam hari, jadinya setiap kali ke Banjarbaru tidak pernah memungkinkan bisa mengambilnya.
Beberapa hari yang lalu, entah berapa minggu setelah telepon dari pihak bank tersebut (itu pun aku lupa), ada lagi SMS yang memberitahukan bahwa aku bisa mengambil kartu ATM. Karena tak enak sudah dua kali 'diberitahukan' (yang menurutku lebih seperti diminta), siang tadi aku ke Banjarbaru. Sekalian mau ke gudang buku dulu buat mengambil barang, mengantar buku ke beberapa pelanggan, menyumbang buku ke taman bacaan di Banjarbaru, serta bayar iuran kelas menulis.
Singkatnya, kartu ATM lama itu akhirnya sudah di tanganku. Kumasukkan ke dompet, rencana mau didempetkan dengan kartu ATM yang baru. Namun seketika aku tertegun, bingung. Kartu ATM yang baru tidak ada di dompet!
Aku mencoba menjelajah ingatanku, dan sampailah aku pada saat hendak ke gudang buku. Sebelum ke gudang buku tadi aku ke ATM dulu untuk menarik uang. Ketika uangnya sudah kuambil, ATM itu kutinggalkan, tanpa sadar kartu ATM-nya belum diambil. Kelupaan yang sama rupanya terulang lagi!
Aku tidak tahu persisnya kapan penyakit lupa ini mulai menggerogotiku. Mungkin sejak kecil, atau mungkin juga ketika mulai kuliah, atau baru ketika memulai usaha jualan buku dua tahun lalu. Entahlah. Yang pasti sekarang penyakit itu benar-benar membuat hidupku susah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar