Hari IIIPagi ini kuawali dengan mandi. Mungkin itu sesuatu yang sia-sia, karena beberapa jam lagi bekas mandi itu pasti sudah terhapus. Mungkin aku harusnya seperti kawan-kawan lain yang hanya mencuci muka dan menggosok gigi. Tapi mandi, bukan hanya untuk membersihkan tubuh bukan? Aku mandi untuk merasakan kesegaran air sungainya, merasakan nikmatnya alam!
Ini hari terakhir, hari pulang. Hari yang santai, karena kami sudah di shelter 2, tidak di shelter 3 seperti yang sudah direncanakan. Namun itu juga menjadi masalah. Karena rencana semula menginap di shelter 3, dan dari shelter 3 menuju dermaga Desa Belangian pasti akan memakan waktu lama, kami minta jemput kelotok pada jam 3 siang. Di tengah gunung seperti ini kami tak mungkin menelepon si paman kelotok untuk minta dijemput lebih cepat. Satu-satunya tempat yang memungkinkan ada sinyal, menurut warga, hanyalah di dermaga. Itu pun hanya jika beruntung. Maka, dengan sedikit harapan itu, kami memutuskan berangkat pagi itu juga balik ke dermaga, kalau di dermaga ada sinyal kami akan menghubungi si paman kelotok agar dijemput lebih cepat. Pertimbangan lainnya adalah jika berangkat pagi panas matahari tidak semenyengat daripada siang hari. Jam 9 pagi, kami siap pulang.
Tak ada masalah selama perjalanan. Kami bahagia. Sekitar pukul 11 lewat, kami telah tiba di perkampungan warga. Satu-satunya warung minum yang buka menjadi tujuan pertama kami. Setelah lama istirahat di warung, kami terus menuju dermaga. Saat itu, waktu sudah pukul 1 siang. Ada sinyal atau tidak, kami tak perlu lagi menghubungi paman kelotok, karena jika sesuai perhitungan dan si paman tepat janji, tentu saat ini beliau sudah berangkat, atau setidaknya sudah mau berangkat dari dermaga Riam Kanan. Menghubuni paman kelotok saat ini tidak akan mempercepat kepulangan kami.
Maka sisa waktu itu kami habiskan dengan menunggu. Menunggu yang lama. Sebagian bermain UNO, sebagian masak mie instan, sebagian (termasuk aku) hanya tinggal makan, dan Tri tiduran.
Saat jam 3, kelotok yang ditunggu belum juga datang. Jam 4 lewat barulah yang ditunggu-tunggu itu datang. Tapi kami tak mengeluh, sekali lagi, kami bahagia.
Aku melanjutkan membaca Into the Wild selama di kelotok. Jam 9 kelotok sampai di dermaga Riam Kanan. Alhamdulillah, motor yang kuparkir di sana aman, meskipun harga parkirnya juga cukup mahal: 5.000/malam. Dua malam berarti 10.000. Tak masalah, aku bahagia. Dengan motor, kami pulang ke rumah masing-masing.
Aku telah mendapat pengalaman berharga, juga mendapat kawan-kawan baru, sesuatu yang sangat bernilai.
Berikut foto-foto lainnya:
|
Kakak MAPALA yang membantu menyeberang |
|
Kakak MAPALA yang meninggalkan di depan |
|
IAIN man! |
|
Menyusuri jalan pulang |
|
Memang ganteng kok |
|
Yang gokil itu namanya Kak Rama |
|
Jembatan gantung dekat shelter 1 |
|
Ini dia yang namanya Tri Yuliono Saputro |
|
Pulaunya keren |
|
Pemandangan sepanjang perjalanan dengan kelotok |
|
Cukup puas dengan melihat fotonya |
|
Mereka yang tangguh |
|
Pemandangan dari Gunung Kahung |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar