Selasa, 30 April 2013

Buku dan Berak

Saya, mungkin juga Anda, punya keinginan luar biasa untuk menyelesaikan membaca sebuah buku. Tapi karena banyaknya kesibukan, keinginan pun hanya sebatas keinginan. Dan ketika waktu luang tiba, laptop dinyalakan, modem dicolokkan, keinginan untuk membaca buku langsung ditendang oleh keinginan untuk online. Alhasil, bukannya membaca buku, yang ada justru membaca status-status penderita sindrom galau di Facebook.

Ketika pulsa modem habis, dan saya belum punya uang buat mengisinya, harusnya hal itu bisa membuat saya terhindar dari bisikan magis laptop, namun ternyata pesona buku masih tak mampu mengalahkannya. Itu lantaran di laptop saya banyak film-film bagus hasil copas dari teman-teman yang belum sempat saya tonton. Menonton film lebih enak dari baca buku, lebih instan. Dan kebanyakan orang, termasuk saya, lebih suka yang instan.
Namun, bagaimanapun membiusnya benda bernama laptop tersebut, ada saat di mana saya tak bisa bercengkrama dengannya, yaitu ketika buang hajat! Padahal, banyak waktu yang terbuang ketika BAB. Menyadari itu, saya menemukan jawaban kapan waktu yang tepat melakukan keinginan terpendam saya tersebut.
Hasilnya, sebuah buku dengan tebal 350 halaman selesai saya baca, yaitu kumpulan esai Puthut EA bejudul Makelar Politik. Kumpulan esai ini memang cocok dibaca di WC, karena satu esai rata-rata hanya 5 halaman. Selesai satu esai, selesai juga BAB. Kalau lagi mood bisa selesai dua judul, walaupun hajat sudah tunai.
Di negara-negara maju, setahu saya membaca buku ketika buang air sudah menjadi hal biasa. Sedangkan di kontrakan saya, beberapa teman yang berkunjung dan numpang buang air seringkali bingung kenapa ada buku di WC.
Kebiasaan saya baca buku ketika BAB ini kadangkala juga membuat masalah bagi saya. Seperti saat saya menginap di rumah seorang kawan, dua kali saya ke WC tidak juga berhasil buang hajat. Saya tidak bisa tidur karena perut mules, padahal mata luar biasa berat, maklum sudah jam 1 dini hari. Karena sepertinya tidak mungkin bisa tidur dengan perut terasa dililit saya pun kembali ke WC untuk ketiga kalinya, tapi kali ini dengan satu bekal: buku. Alhamdulillah, malam itu akhirnya saya bisa tidur dengan nyenyak.
Sekarang, di WC saya ada novel terbaru Randu Alamsyah, Selalu Ada Kapal untuk Pulang. Beberapa bab lagi mungkin selesai. Kalau kawan penasaran dengan novel terbaru Randu tersebut, karena mungkin belum ada dijual di toko-toko buku (kecuali BukuMurah.net , hehe), silakan ke WC kontrakan saya sebelum saya selesai dan saya ganti dengan buku lain. :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar