Rabu, 08 Mei 2013
Ke Solo, Ikut Asean Blogger Festival Indonesia 2013 #1: Pesawat dan Anak Kampung
Hari 1
Aku masih ingat, ketika kecil dulu, saat kami bermain di tanah lapang, sebuah pesawat melintas di atas kami. Sangat tinggi, saking tingginya hampir-hampir hanya tampak sebuah titik. Yang pertama melihat pesawat tersebut akan langsung teriak, “Pesawat...!!!”
“Mana? Mana?” tanya kami pada yang pertama melihat. Setelah teman yang pertama melihat tadi pun menunjukkan di mana pesawatnya, kami pun akan langsung ikut teriak, memanggil pilot dan penumpang tersebut, “Pesawat...!!! Pesawat...!!!”
Otak kecil kami waktu itu belum mengerti, bahwa sekencang apa pun urat leher kami berteriak, orang-orang dalam pesawat tak akan mendengar teriakan kami. Pesawat, bagi anak-anak kampung seperti kami, adalah sesuatu yang sangat jauh dan tak mungkin bisa didekati.
***
Satu bulan yang lalu, sebuah pesan singkat aku terima dari Bang Harie, ketua Komunitas Blogger Kalsel Kayuhbaimbai. Isinya menanyakan apakah aku mau dan bisa mengikuti Asean Blogger Festival Indonesia 2013 di Solo pada pertengahan bulan Mei. Berangkat dengan Pak Samsuni. Tiket dan akomodasi ditanggung panitia, tegas Bang Harie meyakinkan. Aku, yang seumur-umur belum pernah naik pesawat dan menginjakkan kaki di tanah Jawa, tanpa pikir dua kali langsung menyetujuinya. Bersama Pak Samsuni, hidupku pasti akan terjamin selama di Jawa nanti.
Semua berjalan lancar. Panitia, dalam hal ini Mbak Indah, memberikan jadwal acara dan memintaku menentukan kapan berangkat dan kapan pulang. Acara berlangsung mulai tanggal 9 Mei 2013, jam 19.30 sampai tanggal 12 Mei 2013, jam 1 siang. Mbak Indah juga memberitahu bahwa akomodasi hanya diberikan dari tanggal 9 hingga 12 Mei. Jadi kalau peserta datang lebih awal atau pulang lebih lama, biaya ditanggung sendiri, kecuali tiket pesawat.
Aku dan Pak Samsuni diskusi, kapan berangkat dan kapan pulang. Diputuskan berangkat tanggal 8 Mei, dan pulang tanggal 13 Mei. Satu hari lebih awal, dan satu hari lebih lama, biar bisa jalan-jalan sehabis acara. Aku tak masalah, toh aku bersama Pak Samsuni. Semua akan terjamin. Masalahku hanyalah tak bisa ikut Ujian Tengah Semester pada tanggal 10 Mei. Tapi itu hanya ujian, tengah semester pula, sekali lagi tak masalah.
Aku pun memberitahukan ke Mbak Indah tanggal berangkat dan tanggal pulang tersebut. Sebelum tiket dipesan, panitia (kali ini Mbak Asri) memintaku mengecek, apakah tanggal dan jamnya sudah sesuai. Semua sesuai. Semua lancar. Tadi pagi, sekitar jam 11, Pak Samsuni sudah menjemputku di depan kontrakan. Kami berangkat menuju Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin.
***
Sampai sini, semua memang lancar-lancar saja. Hingga ketika tiba di bandara dan memperlihatkan tiket pada petugas, barulah kami sadar bahwa tiket milik Pak Samsuni berangkatnya besok hari, 9 Mei! Maka berantakanlah semuanya, termasuk harapanku “semua akan terjamin”.
Aku panik sekaligus cemas. Nomor-nomor kuhubungi. Mbak Asri, Nopy, Bang Harie, kakakku, dan yang terpenting orangtuaku. Orangtuaku sempat melarang kalau aku sendirian. Maklumlah, seperti yang tadi kuceritakan, aku belum pernah naik pesawat dan ke Jawa. Tapi setelah kuyakinkan, mereka akhirnya mengijinkan.
Tapi ternyata itu hanya permulaan, masalah berikutnya ialah delay selama satu jam. Seharusnya berangkat jam 14.40, berubah jadi 15.40. Padahal aku sudah di bandara sejak jam setengah satu siang.
Selama masa penantian panjang itu, aku keliling-keliling. Yang pertama kutuju toko buku, tentu saja. Aku tercengang, novel yang di toko buku onlineku kujual dengan harga 30 ribu, di sana harganya 110 ribu. Bukan main.... Aku juga terpaksa beli charger ponsel karena ketinggalan. Bayangkan, harganya 80 ribu.... Aku juga sempat shalat zuhur dan ashar (dijamak), masalah berat selalu mampu membawa kita mengingat Tuhan.
Lalu tibalah waktu keberangkatan. Tibalah akhirnya waktu untuk aku naik pesawat! Hujan turun waktu itu. Aku duduk di samping jendela. Kaca jendela itu mengembun. Dari sana kulihat hujan jatuh di luar. Terus merinai, tak usai-usai.
Ah, tidak, ternyata belum juga berangkat. Hampir satu jam dalam pesawat. Para penumpang mulai protes. Pramugari menjelaskan bahwa ada dokumen yang belum lengkap, sehingga pihak bandara belum bisa mengijinkan lepas landas. Penumpang tak mau tahu. Mereka semakin protes. Bahkan ada yang turun dan tidak jadi berangkat. Seorang petugas bandara masuk dan mencoba menanyakan ke kapten pesawat. Tapi sang kapten tak mau membuka kokpit. “Saya curiga ada masalah teknis, bukannya berburuk sangka, tapi kalau bapak ibu tidak yakin, bisa turun seperti bapak tadi,” papar petugas bandara tersebut. Tak ayal, penumpang pun semakin gelisah. Banyak yang juga ingin ikut turun, tapi tak diijinkan lagi.
Jika ada yang paling khawatis dari semua penumpang itu maka pastilah itu aku. Ini pengalaman pertamaku naik pesawat. Ya Tuhan, bagaimana kalau nanti terjadi apa-apa... Aku menyalakan ponsel yang tadi sudah kumatikan. Kuhubungi ibu, memastikan ijinnya. Ibu mengijinkan. Ah, syukurlah. Aku pun bisa sedikit yakin. Sebab sepanjang pengalamanku, bila tak mengindahkan larangan Ibu, sesuatu yang buruk acapkali terjadi padaku.
Jam 5 sore WITA, pesawat akhirnya berangkat juga. Melesat dengan cepat ke udara. Benda-benda di bawah semakin tampak kecil. Di telingaku, samar terdengar teriakan-teriakan masa kecil dulu, “Pesawaaat..!!! Pesawaaat...!!!”
***
18.40 WITA, atau 17.40 WIB, pesawat Lion Air yang kutumpangi tiba di Bandara Soekarno-Hatta. Belum sampai, kawan. Aku harus transit. Dari sini, aku harus naik pesawat lagi yang menuju Solo. Jadwal pesawat menuju Solo jam 19.00 WIB. Alhamdulillah, tak ada delay dan hal-hal aneh seperti sebelumnya. Selama menunggu di Bandara Soekarno Hatta tersebut aku juga menghubungi Mbak Indah (awalnya dengan perantara Bang Harie). Mbak Indah memastikan akan mengurusku begitu tiba di Solo. Ah, syukurlah... Selama penerbangan ke Solo aku lebih banyak memejamkan mata. Lelah, dan lapar (aku baru tahu bahwa di Lion Air penumpang tak dapat makan dan minum, sesuatu yang harusnya kuketahui sebelum naik pesawat!).
Sekarang, aku sudah di hotel, sekamar dengan Mas Yulef dan Mas Erfano, panitia Asean Blogger Festival Indonesia.
Hotel Kusuma Sahid, Kota Batik, 9 Mei 2013, dini hari
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar