Terminal 3 Keberangkatan |
Bulan april sudah tiba, saatnya saya liburan lagi. Asyik! Awalnya saya bingung menentukan destinasi liburan saya kali ini, apakah ke Bangkok atau ke Kuala Lumpur? Dan saya berpikir untuk bertahap saja. Saya memulai traveling keluar negeri pertama saya ke Singapura tahun 2012 lalu (sampai 2 kali) dan kali ini seharusnya urutan yang benar ke Malaysia dulu. Saya berpikir selain harga tiketnya lebih murah dibanding ke Bangkok, kebetulan tahun 2014 ada event Visit Malaysia Year 2014. Banyak yang saya harapkan dari event ini. Dengan pertimbangan itu akhirnya di bulan Mei 2013 saya sudah memesan tiketnya jauh dari hari keberangkatan saya. Dan, you know what? saya dapat tiket promo dari AirAsia (as always) seharga Rp.20ribu! tapi sayangnya untuk tiket pulang saya ngga dapat harga promo termurah lagi (walaupun masih tetap harga promo). Dan total harga tiket yang harus saya tebus PP adalah Rp.699.000++. Banyak yang ngga percaya saya dapat harga segitu di tahun 2014. Tapi, percayalah :)
E-ticket |
Dimulai perjalanan dari rumah jam 5.30 pagi menuju airport terminal 3 dan sampai jam 6.20. Ada yang baru kali ini. Biasanya saya harus repot-repot merogoh tiket saya untuk tanda masuk di pintu utama, tapi kini saya cukup usap-usap HP saya dan langsung menunjukkan e-ticket saya yang saya sudah simpan di HP. And it' works like a charm! Pak security cuma intip sebentar lalu saya dipersilahkan masuk. Haha... maklum saya masih baru pertama kali pakai aplikasi ini. Begitu masuk seperti biasa saya urus administrasi airport tax yang harganya masih Rp.150ribu dan pengecekan barang bawaan. Langsung saya menuju pintu masuk airport.
Ruang tunggu boarding |
Begitu menunggu di ruang tunggu rasanya agak bete juga ya menunggu seorang diri. Apalagi di kursi sebelah saya ada sekumpulan anak muda yang akan ke KL juga dan mereka terlihat bahagia sekali bisa jalan-jalan bareng teman-temannya. Pasti seru kalo bisa jalan rame-rame seperti itu pikir saya. Ah, ngga mau kalah saya mengeluarkan handycam saya dan mulai merekam perjalanan solo saya kali ini. Tapi tetap saja saya iri melihat mereka bisa tertawa lepas haha. Setelah menunggu kurang lebih 1,5 jam akhirnya panggilan boarding terdengar. Pesawat Air Asia Malaysia yang saya tumpangi ternyata ngga terlalu jauh dari pintu keluar terminal. Baru saja masuk hal yang ngga menyenangkan sudah terjadi. Waktu memesan tiket saya sengaja memesan kursi di jendela. Maksud saya supaya saya dengan leluasa merekam penerbangan dari balik jendela, tapi begitu saya sampai di nomor kursi yang sudah saya pesan sudah diduduki seorang anak kecil yang ditemani ibunya di bagian tengah. Ngga tau apakah saya bodoh atau kasihan akhirnya saya izinkan anak itu duduk di kursi saya. Tapi ya oh darn. Bukan saya namanya kalo ngga mendapatkan hikmah dibalik kesengsaraan (apa sih?) Karena saya duduk di pinggir jadinya saya bisa leluasa pergi ke toilet.
Dapat duduk di Aisle |
Dan YES! akhirnya saya mencoba toilet pesawat hahaha... norak saya makin kronis. Dan ada hal yang lucu karena pesawat yang saya naiki adalah pesawat Malaysia, jadi semua bahasa yang dipakai di pesawat itu adalah bahasa Malaysia dan bahasan Inggris. Sesekali saya tersenyum membaca bahasanya. Sudahlah mengalah dari anak kecil toh masih kebagian kursi kok. Saya pikir masih bisa merekam dari kursi saya menuju jendela, tapi ternyata selama perjalanan anak itu menutup jendelanya..
Perjalanan ke Kuala Lumpur +-45 menit lebih lama dibanding ke Singapore. Dari estimate 2 jam 5 menit, tapi nyatanya sampai lebih lama kira-kira 2 jam 15 menit. Dan selama perjalanan ternyata seorang ibu di bagian tengah ini sedang pilek oh darn (again). Sebentar-sebentar dia menggosokkan minyak balsem ke hidungnya. Spontan suasana serasa naik kereta malam karena bau balsem sepanjang jalan. Saya rasa ibu ini sudah puas menghukum saya (mengambil kursi dan pakai balsem) ternyata masih ada hukuman terkejam lain. Tiba-tiba dia bersin dan cipratannya mengenai lengan saya. WHAT?! Tanpa basa-basi minta maaf di cuma mengelap hidungnya dan pura-pura membaca majalah. Ok, ini udah agak keterlaluan, tapi saya ngga akan mempermalukan diri saya. Dengan sabar saya kembali ke toilet dan mencuci tangan saya. Padahal sepanjang pagi itu hidung saya juga sudah mulai mampet karena gejala flu dari 3 hari sebelum berangkat.
Penderitaan selama 2 jam itu akhirnya berakhir. Pesawat sudah landing dan saya segera bergegas mengambil tas saya dan pergi meninggalkan kursi saya. Begitu turun dari pesawat yang adem itu, panas menyengat langsung membuat saya mengernyit. Gila! kenapa panasnya sama seperti di Jakarta? Saya kira lebih sejuk karena secara geografis posisi KL lebih jauh dari garis equator jadi saya pikir setidaknya agak lebih sejuk seperti di Singapore. Panas terik matahari (karena sampai sana jam 11.45 MAL atau 10.45 WIB) dan udara pengap jalanan terminal di bandara membuat sambutannya kurang enak. Apalagi saya masih harus berjalan +-400 meter kedalam menuju imigrasi dan keluar dari bandara. Suasana airport yang agak redup dan maaf lebih terkesan seperti terminal bus. Setidaknya airport budget di Jakarta masih lebih bagus. Saat menuju jalan keluar saya sempat berpikir untuk membeli kartu gsm untuk saya pakai selama 3 hari, tapi saya urungkan karena saya ngga terlalu butuh. Karena sudah siang saya berpikir untuk mencari makan dulu sebelum sampai ke KL yang masih harus menempuh perjalanan selama 1 jam lagi.
Ada hal yang ngga terduga terjadi. Saat saya mencari restoran yang akrab dengan selera saya, ada seseorang yang ngga asing. Sesekali saya melihat dia dan dia pun melihat ke saya. Dan dari saling liat-liatan itu (ciyeee, apa coba?) tiba-tiba kami langsung saling ingat, dia adalah salah satu teman baru saya yang ketemu di terminal Jakarta setahun lalu waktu mau traveling ke Singapore. Tanpa menghiraukan orang disekitar situ kami pun saling menghampiri dan berteriak memanggil nama kami sambil tertawa lepas. Saya bertanya bagaimana bisa ketemu lagi disini? Ternyata dia pernah melihat tulisan saya di salah satu website backpacker yang mana saya mencari teman untuk bepergian bareng. Tapi dia mengira saya baru datang esoknya dan berharap bisa bertemu saya di KL.Tanpa berpikir lagi kamipun langsung mengobrol panjang lebar. Saya hampir lupa kalo harus makan dulu karena sudah siang. Dia naik pesawat Air Asia Indonesia dan 1 jam lebih dulu sampai. Karena sudah lebih dulu keliling airport jadi dia sudah tau dimana saja restoran yang enak dan yang ngga, loket tiket bus, dan tempat mengambil peta. Sungguh berguna dia datang duluan haha.
KFC pakai Nasi Lemak |
Sambil menemani saya makan dia menceritakan rencananya di KL. Ya, 11-12 dengan saya isi itinerary nya. Karena bingung cari makan siang akhirnya saya putuskan makan di KFC. Ada yang aneh di menunya, karena saya memesan nasi (ya, menu nasi ada kok) tapi begitu datang kok pake cup? Begitu cup nya saya buka ternyata nasi lemak. Dan ada cup kecil yang saya kira puding, ternyata kentang tumbuk, what the..? Tanpa bisa menikmati saya hanya memasukkan ke mulut supaya cepat kenyang dan bisa pergi dari situ. Dan FYI harga 1 paket KFC yang saya makan ngga pake nafsu itu harus saya bayar seharga RM 14,75.
Tiket 2 ways Aerobus RM 14 |
Tiket bus ke KL Sentral yang saya beli adalah 2 ways karena lebih murah. Kalau 1 way harganya RM 8, kalau 2 ways jadi RM 14. Lumayan lah untuk backpacker kere seperti saya. Apalagi saya cuma punya budget RM 385. RM 350 hasil saya beli sendiri (RM 1 = Rp.3.530) dan yang RM 35 hasil pemberian boss saya yang kebetulan baru pulang dari KL juga. Nah, dengan budget segitu setidaknya saya harus bisa bertahan hidup selama 3 hari 2 malam + beli oleh-oleh. Selama disini setidaknya untuk orang Indonesia ngga akan direpotkan soal bahasa, karena ngga tau darimana mereka bisa tau kalo kita orang Indonesia dan akan pakai bahasa Melayu untuk komunikasi. Pernah saya menanyakan arah di airport pada security yang ras India dengan bahasa Inggris tapi dia hanya melongo dan bilang "Awak nak kemane?" lah... bilang dari tadi kek pak ga bisa bahasa Inggris kan ga usah belepotan pake bahasa Inggris.
Koin Rapid KL & Kartu Touch 'n Go |
Pas 1 jam kami sampai di KL Sentral naik Aerobus, dan ngga terlalu terkesan dengan yang kami lihat. Suasananya masih 11-12 dengan Jakarta. Kami seperti ngga terasa keluar negeri. FYI juga, KL Sentral ini adalah terminal pusatnya di KL. Ya seperti terminal Blok M di Jakarta deh. Tempatnya juga sama-sama terintegrasi dengan mall. Jadi mau kemanapun semua berpusatnya di KL Sentral. Ada 4 moda transportasi murah yang bisa ditemukan di KL Sentral, yaitu LRT, Monorel, Komuter dan Bus. Untungnya saya sudah membeli kartu Touch 'n Go di airport. Harga kartunya RM 5 untuk 5 tahun. Saya cuma top up RM 10 untuk percobaan. Waktu membeli kartunya di sodorkan 2 design, yaitu gambar bendera Malaysia dan Doraemon. Spontan saya memilih Doraemon! Duh, saking excited saya menunjuk ke kartunya, begitupun teman saya. Mudah-mudahan makcik ga tersinggung ya design bendera Malaysia nya ngga kepilih hihi..
Menuju Hostel
Meja resepsionis Sunshinebedz KL |
Seperti biasa sebelum traveling saya selalu mempersiapkan segalanya mulai dari tiket, akomodasi, uang, sampai pengetahuan dasar lokasi tujuan saya. Saya sempat mencari-cari tempat menginap yang dekat lokasi yang akan dituju, bersih, nyaman tapi harganya masih masuk akal. Dan akhirnya pilihan jatuh ke Sunshinebedz KL. Dengan harga RM 30 permalam saya sudah mendapatkan kamar dorm kapasitas 4 orang. Walaupun waktu menemukan lokasinya saya agak underestimate. Lokasi hostel ada di lantai 2, dan untuk masuk ke atas cuma ada pintu tangga kecil yang terjepit antara ruko-ruko di bawahnya. Lokasinya yang strategis berada di Bukit Bintang dan bertebaran resto cepat saji dan minimarket membuat tempat ini diserbu backpacker. Untunglah saya masih sempat dapat 2 tempat. Begitu ada tempat lowong saya langsung memesan untuk 2 orang melalui www.hostels.com dan hebatnya lagi cuma dikenakan booking fee 10% dari total malam yang dipesan dan bebas biaya administrasi YEAH!. Jadinya saya cuma membayar booking fee sebesar RM 6 alias kurang dari Rp.22ribu. Fasilitas yang saya dapat antara lain kasur yang nyaman, hostel bersih, kamar mandi yang rapih dan yang paling penting ada wifi YEAH! Sesampai disana kami disambut resepsionis yang ramah (walaupun bahasa Ingrisnya agak susah diteima kuping saya atau kuping saya yang norak?) tapi dia sabar sekali. Karena sudah agak siang jadi kami hanya menaruh bawaan kami di loker dan langsung cuss menuju tujuan pertama kami.
Mesjid Jamek dan Dataran Merdeka
Stasiun Monorel |
Tujuan pertama kami menuju Dataran Merdeka lewat stasiun Masjid Jamek. Karena bangunan disana unik dan lebih menggambarkan Malaysia yang sebenarnya, supaya waktu update status di Path jadi percaya saya diluar negeri haha. Begitu jalan menuju Masjid Jamek sudah ada tetesan air hujan, jadinya kami menambah kecepatan jalan kami. Setelah berjalan +-300 meter akhirnya ketemu juga bangunan-bangunan itu. Serasa di luar negeri sekarang haha. Sebelum menyeberang ke Dataran Merdeka kami sempat berfoto sebentar di gedung Kementrian Pelancongan dan Kebudayaan Malaysia. Entah karena hujan, karena sudah siang atau memang sedang sepi turis lokasi ini kok sepi ya? Di lokasi ini kami cuma berfoto-foto dan numpang ngadem sebentar di KL City Gallery. Begitu mau keluar baru ngeh kalo ada tulisan FREE WIFI segede gaban di pintu depan. Ga mau rugi kami masuk lagi untuk sekedar update status haha. Biar ga malu saya juga sekalian beli air minum seharga RM 1,5.
Foto pahlawan |
Gedung Sultan Abdul Samad |
Icon I Love KL |
Miniatur Meajid Jamek |
Jalan Kasturi, KL Tower dan KLCC
Es Teler 77 di Kasturi |
Ga jauh dari Dataran Merdeka kami berjalan menuju Central Market. Melewati sungai kecil saya melihat aktifitas warga sekitar sana. Ngga beda jauh seperti di Jakarta. Orang jualan di pinggir jalan, tempat parkir motor yang selalu penuh dan sekumpulan anak muda ngegosip di pinggir jalan. Kami hanya cekikikan saja melihat itu semua, sambil sesekali saling bertanya : "Ini di luar negeri kan ya?" haha.. Sesampai di jalan kasturi kami melihat keadaan supaya waktu saat nanti belanja oleh-oleh sudah tau mau kemana saja. Tapi, loh kok begini amat ya? Barangnya ngga beda jauh yang ada di Blok M. Ngga ada ciri khas Malaysia nya sama sekali. Malah kebanyakan jualan barang elektronik, tas, sepatu KW.
KL tower dari jauh |
Tanya supir taksi |
Kami melanjutkan sampai ke Petaling, memang lebih rame tapi ya sama aja. Sesampai di ujung jalan dan ngga menemukan yang kami cari akhirnya kami memutuskan menuju ke KL tower lewat stasiun terdekat. Kami turun di stasiun Dang Wangi dan meneruskan jalan sampai ke KL tower. Tapi bodohnya kami, seharusnya kami turun di stasiun Bukit Nanas supaya ngga jalan kejauhan. Tapi ya sudahlah, namanya juga baru pertama kali. Sudah setengah jalan tapi kami kebingungan, menaranya sudah kelihatan jelas tap ngga tau dimana pintu masuknya. Sambil beristirahat sebentar kami duduk di kursi jalan sambil menikmati pemandangan jalan macet KL di sore hari. Ada seorang bapak supir taksi di sebelah kami, karena masih bingung kamipun bertanya kepada beliau. Dia bilang masih harus berjalan 2 blok lagi lalu belok kanan. Karena bahasa kami
KL sore hari |
masih sama beliau pun bertanya : "Adik dari mana?" kami jawab "Dari Jakarta" dan dengan mengejutkan dia bilang "Wah, jauh banget!" dengan logat yang aneh. Sontak kami berdua tertawa. Dia juga bercerita kalau dia juga pernah ke Jakarta. Dia suka makanan nya, murah dan enak tapi nnga suka traffic nya yang macetnya dari pagi sampai pagi lagi. Sayang kami lupa bertanya nama beliau karena beliau langsung pergi setelah taksinya di carter orang.
Kami pun melanjutkan perjalanan ke KL tower yang ternyata masih +-800 meter lagi. Sesampainya di pintu masuk security menanyai kami. "Hey you two! Where were you going?" saya hanya menjawab "KL Tower!" dia balas "Get in the car!". Ia menunjuk ke mobil yang ada didekatnya untuk segera naik. Karena naluri "backpacker kere" kami sedang "on" langsung terpikir "nah loh, harus naik itu ya? berapa duit lagi? ngga jadi deh" akhirnya kami sepakat untuk membatalkan naik ke atas "No thanks!" kami pun berbalik badan dan melanjutkan jalan kami. Karena teman saya sudah kelaparan akhirnya kami melipir sebentar ke resto terdekat, dan lagi-lagi nyangkutnya di KFC. Ngga mau mengulan makanan tadi siang, saya cuma memesan burger dan Milo yang harganya memang mahal RM 16. Sudah kenyang mengganjal perut, kami lanjutkan perjalanan kami menuju KLCC. Langit makin gelap tapi dari kejauhan menara kembar ini sudah berkilauan. Makin dekat kami ke menara kembar itu makin tinggi pula kelihatannya. Kami sampai mendongak tinggi sekali dan mengagumi kecantikan bangunan ini. Terasa sekali kemegahan bangunan ini. Setelah mendapat posisi yang bagus kami langsung mencari angle yang bagus untuk memotret diri kami di depan petronas tower ini. Karena terlalu tinggi susah sekali kami mencari angle yang bagus karena serendah apapun angle kami pasti selalu terpotong. Akhirnya saya berinisiatif berjalan ke seberang jalan dan, that's it! ini baru pas. Saya langsung memasang tripod kecil dari tas saya ke kamera SLR saya. tripod saya pasang sampai mentok ke jalan baru bisa dapat angle yang bagus. Dan ngga lama kami dapat beberapa foto, turis lain mulai berdatangan dan langsung menempati posisi kami. Ah, coba kami ngga berisik, pasti posisi ini aman buat kami haha.
Petronas tower |
Gedungnya bercahaya |
Posisi andalan |
Mencoba Bukit Bintang Walkway
Mungkin belum banyak yang tau jembatan ini. Jembatan ini baru dibangun awal 2012 lalu. Kami pun sempat bertanya ke security ras India disana (yang mayoritas ngga bisa bahasa Inggris duh!) dan selalu dapat jawaban yang ngga meyakinkan. Kami dibuat berputar-putar gedung ga jelas. Akhirnya di pertanyaan terakhir ada security agak bule, dan syukurlah dia berbahasa Inggris ternyata dia tau lokasi Bukit Bintang Walkway. FYI, Bukit Bintang Walkway ada di pintu keluar dari Aquaria KLCC. Jadi kalo kita dari dalam KLCC tinggal turun sampai lantai dasar, lalu cari atm Maybank, terus ikuti jalan dan cari petunjuk jalan menuju Aquaria. Begitu ketemu Aquaria, kita tinggal cari pintu keluar dan nengok ke kanan. Voila! jembatan besi dengan eskalator sudah nunggu disana. Jarak tempuh dari KLCC menuju Bukit Bintang kira-kira 1,5km lebih. Kalo masih kuat sih sekali-sekali boleh coba.
Sesampai diBukit Bintang sudah jam 21.30 MAL.Karena sudah lelah kami putuskan kembali ke hostel. Banyak pelajaran yang saya dapat di hari pertama disini antara lain : Selalu ada berkah setelah menderita, ternyata ngga selalu rumput tetangga lebih hijau dari rumput sendiri, dan yang perlu diingat papan petunjuk di KL ngga semudah dan sejelas di Singapore jadi jangan ragu untuk sering bertanya (walaupun saya selalu pakai GPS).
Sambil beristirahat dan menghubungi orang rumah via skype, saya mengakhiri hari pertama. Semoga di hari kedua bisa punya pengalaman lebih mengejutkan lagi. Baca terus lanjutannya ya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar